Kesatria Dari Agry

| Rabu, 27 Juli 2016

Kesatria Dari Agry


Cerpen Karangan: 
Lolos moderasi pada: 25 July 2016

Emwy adalah nama sebuah desa kecil nan damai, dimana desa ini termasuk dalam wilayah kerjaan Agry. Hari itu seorang anak berjalan sendirian menuju tepi danau yang ada di dekat desanya. Gon, begitulah anak berumur sepuluh tahun tersebut akrab disapa oleh warga sekitar. Hampir tiap pagi ia memancing di danau tersebut, Ayah dan ibunya adalah seorang petani yang setiap hari sibuk mengurus pertanian. Seperti biasa sesampainya di danau ia segera menyiapkan peralatan memancing dan kemudian melemparkan umpan ke danau tersebut. Tak sampai lima menit umpannya pun ditarik oleh ikan, namun alangkah kagetnya Gon ketika melihat dua orang lelaki dewasa berwajah seram yang tiba tiba berada di sebelahnya.
Kedua penjahat itu menangkap Gon kemudian mengikat tangan dan kakinya lalu dimasukkan ke dalam karung. Segera kedua penjahat itu kabur dengan menaiki kuda. Gon teriak sekuat tenaga namun tampaknya sia sia, karena kedua penjahat tadi membawanya memasuki hutan dan terus menjauh dari pemukiman warga.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, siang itu mereka tiba di sebuah desa kecil yang berada di wilayah kerjaan Wilmo. Oleh kedua penjahat itu Gon dijual kepada seorang nenek yang tak lain adalah penyihir terkenal di desa itu. Gon dimasukan ke dalam sebuah kamar, tak ada makanan ataupun minuman hanya sebuah ranjang dan meja kosong yang ia lihat. Gon sudah kelelahan untuk menangis, suaranya habis karena berteriak sepanjang perjalanan. Tak lama kemudian nenek tersebut memberikan segelas air dan sepotong roti untuk Gon, tanpa pikir panjang Gon segera memakan roti itu dan meminum air yang diberikan sang nenek. Entah mengapa tiba tiba Gon merasa pusing kemudian pingsan setelah itu.
Anak berumur sepuluh tahun tersebut akhirnya bangun keesokan harinya, dia bangun dan merasa bingung, dan selain itu ia juga tak mengingat peristiwa apapun. Ternyata sang penyihir memasukkan ramuan yang membuatnya hilang ingatan pada minuman yang ia minum kemarin. Sang nenek penyihir memberi nama anak itu Dama, ia pun diajari ilmu sihir oleh sang nenek. Sedikit demi sedikit Dama pun menguasai sihir
Tujuh belas tahun berlalu sejak peristiwa itu, Dama kini telah tumbuh menjadi seorang penyihir yang disegani oleh orang orang di wilayah kerajaan Wilmo. Bahkan karena kemampuannya ini dia diangkat menjadi salah satu pimpinan prajurit oleh sang raja. Walaupun masih muda, tak ada yang berani meremehkan kemampuannya.
Kerajaan Wilmo memang sudah lama berselisih dengan kerajaan Agry, dan hari itu jendral San memerintahkan kepada Dama untuk memimpin penyerangan ke wilayah kerajaan Agry. Bersama tiga ratus pasukan berpedang Dama berangkat melalui hutan perbatasan kedua kerajaan tersebut, dan saat hampir memasuki desa Emwy mereka dihadang oleh seratus pasukan dari kerajaan Agry yang dipimpin oleh Don seorang kesatria muda berumur tujuh belas tahun dari kerajaan tersebut.
Pertempuran pun terjadi, banyak pasukan dari Wilmo yang terbunuh oleh tarian pedang Don. Namun Dama tak tinggal diam dan menunjukkan sihirnya, sebuah bola api di lemparkannya ke arah pasukan Agry dan menewaskan puluhan pasukan. Karena melihat pasukannya yang kewalahan Don memerintahkan pasukannya untuk mundur dan lari menuju desa Emwy, sementara itu pasukan Wilmo terus mengejar mereka.
Saat memasuki desa Emwy, Dama mencoba untuk mengeluarkan bola api untuk menghancurkan rumah rumah penduduk namun entah mengapa tiba tiba ilmu sihirnya seolah olah menghilang. Don kemudian menyerangnya dan Dama pun akhirnya melanjutkan pertarungan dengan pedang. Pertarungan seru terjadi antara Don dan Dama, mereka bermain pedang dengan sangat lincah. Cukup lama pertarungan satu lawan satu ini berlangsung, hingga akhirnya Don terjatuh dan kepalanya terbentur batu ia pun pingsan seketika. Dama berdiri di depannya dan bersiap akan menusukkan pedangnya ke arah tubuh Don.
Namun tiba tiba seorang wanita tua berteriak ke arah mereka berdua.
“Jangan bunuh Don anakku!!!”, teriak wanita tua itu sambil menangis dan berlari menghampiri mereka. Dama menoleh ke arah wanita tua itu dan saat itu juga ingatan masa lalu Dama muncul dan ia mulai mengingat masa kecilnya di desa itu, ia pun ingat bahwa nama aslinya ada Gon, dan ia juga mengenali siapa wanita tua itu.
“Tuan, jangan bunuh anakku, ampunilah dia bunuh sajalah aku.” Kata wanita tua itu sambil berlutung di depan Dama.
“Entah mengapa selama tujuh belas tahun ingatanku tentang desa ini menghilang, namun detik ini aku mulai mengingat semuanya, wahai Ibu aku adalah Gon putramu yang terpisah darimu ketika aku berumur sepuluh tahun tidakkah Kau mengingatnya?” Kata Gon pada wanita itu.
Sontak hal ini membuat wanita itu, kemudian wanita itu berdiri dan meraba wajah Gon, air matanya tak henti hentinya menetes. Sang ibu pun akhirnya mengenali Gon saat melihat tanda lahir yang ada di leher Gon.
Perjumpaan sang ibu dengan putranya itupun seketika berakhir ketika Don bangun dan kemudian menusukkan pedang ke dada Gon dan membuatnya terkapar dengan pedang yang tertancap di dadanya. Ibu mereka berteriak histeris, tubuhnya lemas dan terjatuh, Don segera menolong ibunya dan alangkah terkejutnya ia setelah ibunya bercerita tentang siapa lelaki yang terkapar di depan mereka.
Wanita itu segera mendekati tubuh Gon yang hampir tak bernyawa, menaruh kepalanya di pangkuannya. Don sang adik pun menangis sambil mencium tangan kakaknya dan meminta maaf. Dan di hari itu akhirnya Gon menghembuskan nafas terakirnya. Tangis sang ibu pun semakin menjadi jadi.
Gon menghilang saat berumur sepuluh tahun dan saat itu ibunya tengah hamil, dan mereka dipertemukan kembali dalam suasana yang menyedihkan.
Sekian
Cerpen Karangan: Gugum Gumilang
Blog: http://kumpulancerpen37.blogspot.co.id/

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲